Pages - Menu

topbella

Rabu, 17 Oktober 2012

Sahabat Kecil (Drama Version)


 Masih ingat cerpen sebelumnya yang berjudul sahabat kecil? nah, kali ini aku share ke kalian versi dramanya. Yuk di intip dulu :)


Pagi itu seperti biasa Ika menunggu Devan di depan rumahnya. Sudah menjadi kebiasaan rutin bagi Devan untuk mengantar jemput Ika setiap hari. Akan tetapi yang terjadi pagi itu berbeda.

Ika       : “Haduh, Devan kemana sih? Sudah hampir siang begini belum kunjung datang.”

Dengan sigap Ika mengambil ponsel yang disimpannya di tas dan menghubungi Devan.

Devan  : “Halo, ada apa, Ka?”.
Ika       : “Kamu dimana, Van? Dari tadi aku menunggumu di depan rumah. Hampir lumutan nih!”.
Devan  : “Astaga! Ika maaf. Aku sudah di sekolah dan. . .”

Ika menutup sambungan telepon sepihak tanpa mendengarkan penjelasan Devan lebih lanjut dan langsung mematikan ponselnya. Dengan sebal, Ika melangkah menuju garasi untuk mengambil motornya. Sesampai di sekolah.

Devan  : “Ka, kok ponselmu mati sih? Aku dari tadi neleponin kamu terus tau!”.
Ika       :“Ponselku lowbat. Ada urusan apa kamu barusan, sampai-sampai kamu lupa menjemputku? Ini sudah ketiga kalinya kamu begini”.
Devan  : “Maaf Ka, Barusan aku menjemput Ririn”.
Ika       : “Astaga, belakangan kamu selalu memberiku alasan yang sama! Oh iya, aku lupa sekarang kamu sudah punya pacar. Maaf deh. Mulai sekarang kamu tidak perlu menjemputku. Aku bisa sendiri.”.

Belum sempat Devan membela diri, Seorang guru memasuki ruang kelas. Dengan terpaksa, Devan kembali ke bangkunya. Setelah lewat beberapa jam, bel tanda pelajaran usai berbunyi. Niat Devan untuk melakukan pembelaan terpaksa di urungkan lagi karena Ririn sudah menunggunya. Sore harinya Devan mengunjungi rumah Ika.

Ibu Ika            : “Oh, ternyata nak Devan. Mari masuk. Nyari Ika ya?”.
Devan  : “Hehe, tante tau aja. Iya, Devan mau cari Ika, tan. Ika-nya ada?”.
Ibu Ika            : “Ada. Itu dia lagi duduk-duduk di halaman belakang. Langsung samperin kesana aja Van.”.
Devan  : “Iyadeh tante, Devan permisi mau nyari Ika dulu. Uhm.. Tan, Devan boleh mampir ke dapur dulu gak? Mau minta minum nih. Haus banget sehabis latian langsung meluncur ke sini. Hehehe..”
Ibu Ika            : “Boleh. Devan ambil sendiri aja di dapur ya . Tante sekarang harus berangkat ke kantor papa Ika dulu, ada berkas yang perlu tante bawakan. Di kulkas juga ada pudding kesukaan kalian. Sekalian bawain Ika ya. Masih inget tempat dapurnya kan?”.
Devan  : “Wah,wah. Devan dapet paket plus, plus nih tan. Hahaha.. Masih dong. Sudah hampir 11 taun sering maen-maen ke sini, kalo Cuma letak dapur sih masih inget banget tan.”.

Puas dengan jawaban Devan, Ibu Ika pamit pergi. Selepas Ibu Ika pergi, Devan memasuki dapur dan tidak sengaja melihat Ika tengah duduk di ayunan halaman belakang. Sesampai di halaman belakang.

Devan  : “Hey Ka, sedang apa? Senang sekali disini.”.
Ika       : “Menurut kamu?”.
Devan  : “Hmm.. Tempat ini sejuk, tenang, dan bisa membuat pikiran jadi tenang Apalagi sore-sore gini, Hahhh… nyaman banget. Ini tempat nongkrong favorite kita dulu.”.
Ika       : “Itu kamu sudah tahu sendiri. Kenapa bertanya lagi? Tidak hanya dulu, sampai sekarang tempat ini masih jadi tempat nongkrong favoriteku.”.
Devan  : “Aku juga sama. Tempat ini masih menjadi tempat favoriteku. Yah, walaupun sekarang sudah jarang nongkrong disini sih.”.

Ika menatap Devan lekat-lekat. Ia sadar bagaimana makna Devan di hidupnya. Di saat yang bersamaan, Devan juga menoleh ke arah Ika. Devan pun sadar bagaimana makna Ika di hidupnya.

Devan  : “Ika, kamu masih marah sama aku?”.
Ika       : “Tidak, aku sudah melupakannya. Pertemanan 11 tahun kita, tidak akan pupus begitu saja hanya karena hal kecil seperti ini. Aku udah kenal kamu luar dalem, Van.”
Devan  : “Mm. “Friendship forever? Sahabat kecilku?”.
Ika       : “Yes, friendship forever.

Kedunya lantas mengaitkan kedua kelingking mereka seperti kebiasaan dulu, saat mereka saling memaafkan dan berbaikan. Setelah itu Devan merangkul pundak Ika sambil mulai menyanyikan lagu favorite mereka berdua yang kemudian diikuti juga oleh Ika.

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

 
Story© Diseñado por: Compartidisimo